Sunday, July 17, 2011

L D K

Lembaga Dakwah kampus

 
            Assalamu’alaikum Wr.  Wb.
Sudah lama tak ada ngepost tulisan jadi berniat untuk mulai lagi. Terinspirasi dari kakanda Nurhasanah Sidabalok, kak san, yang subhanallah. Sungguh kanda begitu banyak kalimat yang jalan-jalan difikir yang tersembunyi ini tapi karena ketiadaan waktu dan keterbatasan kalam-lah yang menghentikan daku untuk terus menulis (‘afwan kl lebay). Tapi kini ku hadir untuk menjawab pertanyaan sentilmu. Tulisan ini sebenarnya makalah untuk melengkapi DAUN III (Daurah UKMI Arrahman III), yang disebut-sebut level/tahap tertinggi pembinaan untuk kader muda/madya dikampus kita tercinta, setahun yang lalu. Paper ini terisi 15 halaman, luarrr biasa. Alhamdulillah makalah ini lolos seleksi, akan tetapi pada hari yang ditentukan untuk hadir, diriku tak mampu karena ada kewajiban di bilingual. Sungguh malangnya. Pada saat itu kanda (kak san) juga mengikuti kegiatan yang sama kan?? (he). Nah, untuk itu ini qr postingkan lah bahan ini (kehabisan bahan mungkin). Berikut tulisannya dengan judul,

LDK (LEMBAGA DAKWAH KAMPUS) SEBAGAI FONDASI GERAKAN YANG MEMBANGUN PERADABAN UMMAT

OLEH:
QORIYANTI

MEDAN
2010
 ____________________________
PENDAHULUAN

Apa yang terbayang kalau mendengar kata-kata Lembaga Dakwah Kampus? Mungkin bagi sebagian atau bahkan mayoritas kalangan mahasiswa, ia (LDK) merupakan sebuah lembaga berisi kumpulan orang-orang alim yang sudah sangat menguasai ilmu dien, tempat nongkrongnya di masjid, kumpulan ikhwan-ikhwan kebanjiran (bercelana cingkrang maksudnya), dan akhwat-akhwat jilbab besar.
Citra yang tertanam dari label ADK pun terkesan eksklusif. Mereka yang akrab luar biasa (tiap bertemu cipika-cipiki) dengan sesama orang-orang masjid, tapi kalau dengan yang lain tiba-tiba jadi seorang yang disegani. Lalu kalau ada acara dari LDK, pastinya tidak jauh dari kajian-kajian. Bukan hal yang salah tapi apa iya da’i se-eksklusif itu? Apa iya dakwah sesempit itu?
Mari kita coba lihat sejenak sejarah berdirinya sang fondasi dakwah kampus (LDK) yang mulai merebak di sekitar tahun 90-an. Berawal dari sebuah semangat “kembali ke masjid” dari para syuyukh (lih: syekh) dakwah kampus, berkembang menjadi lahirnya Lembaga Dakwah Kampus - lembaga legal yang diakui oleh birokrasi kampus - kegiatan-kegiatannya yang notabene merupakan kegiatan dalam rangka dakwah ilallah di wilayah kampus diizinkan dan dilindungi oleh rektorat, dekanat dan pengurus jurusan bahkan didanai kampus. Sungguh pencapaian luar biasa yang tentunya lahir dari perjuangan yang tidak mudah pula. Hal yang tak mungkin terjadi pada masa orba, dimana kekuatan Islam dianggap berpotensi mengancam stabilitas Negara.
Lalu apa yang mereka (sesepuh dakwah kampus) harapkan dari lahirnya Lembaga Dakwah Kampus ini? Apa fungsi sesungguhnya? Hal ini tentu tak lepas dari fungsi kampus sendiri sebagai bagian dari kaum intelektual, cendekiawan negeri ini. Tak jauh juga dari fungsi mahasiswa, pemuda sebagai generasi penerus yang merupakan calon-calon pemimpin masa depan, calon pengisi peran-peran pembangun bangsa dan peradaban. Elemen yang masih senantiasa dianggap netral, tidak terpengaruh kepentingan-kepentingan tertentu, masih dipercaya sebagai yang mewakili kondisi masyarakat, mendengar suara keroncongan perut rakyat, dan yang berani menyuarakan. Kritis yang senantiasa ilmiah.
Dari fungsi strategis nan istimewa inilah, tidak mungkin tidak, gerakan dakwah harus diperjuangkan di lahan subur ini. Sebuah gerakan yang membawa isu besar: bertolak dari masjid kita wujudkan dakwah kampus yang professional di segala bidang dan membangun sejarah peradaban bangsa dan umat manusia.

ISI

1.    Gerbong Besar Itu Bernama LDK [Menuju Stasiun Impian]
Arahan besar dakwah kampus yang tentunya diperankan oleh aktor utama sang LDK yaitu suplai afiliator Islam dan transformasi Islam masyarakat kampus. Afiliator Islam adalah mereka yang berafiliasi pada Islam, belum tentu harus mereka yang sudah menjadi kader. Afiliator-afiliator Islam inilah yang nantinya akan mengisi posisi-posisi strategis dalam usaha membangun peradaban dan mewarnai dengan “shibghatallah”. Dan dakwah kampus diharapkan berfungsi mencetaknya. Transformasi Islam masyarakat kampus bisa diistilahkan dengan Islamisasi kampus, pastinya jauh dari Islamfobia, baik oleh non muslim atau bahkan umat muslim sendiri di kampus.
Fungsi utama yang harus diampu oleh LDK itu sendiri, minimal ada 2 hal utama yaitu kaderisasi dan syiar. Kaderisasi itu peran ke dalam, kalau syiar ke luar.

Kaderisasi
Kader merupakan aset termahal dari gerakan dakwah, bukan lembaga, fasilitas, atau dana sekalipun. Begitu pula dakwah kampus. Sebuah pekerjaan yang tak akan selesai dalam 4 tahun (masa kuliah), apalagi hanya 1 kepengurusan. Oleh karenanya “aset termahal” ini merupakan aset yang harus diutamakan kelestariannya. Tongkat estafet ini akan terus digulirkan, maka kita harus menyiapkan sprinter selanjutnya yang akan melanjutkan ke garis finish. Karena ketika dakwah kampus tak ada kader, layaknya kereta yang tak ada masinis dan bahan bakarnya. Kereta dakwah yang salah satu gerbongnya LDK, akan berhenti sebelum sampai ke pemberhentian terakhir, stasiun impian.
Yang perlu kita perhatikan dalam hal kaderisasi, bukan semata mengejar aspek kuantitas, namun yang lebih utama adalah kualitasnya. Kalau istilahnya barisan inti penuh berkah. Coba kita lihat QS 3: 146-148. Dalam ayat tersebut Allah memberikan taujih (arahan) bahwa; pertama, Nabi membutuhkan pengikut dalam jumlah yang besar sebagai barisan mujahid fi sabilillah. Kedua,  mereka memiliki kualitas yang andal dalam medan perjuangan; tidak mudah lemah (adamu al wahn), tidak mudah lesu (adamu adh dhafu), tidak gampang menyerah (adamu al istikanah). Ketiga, mereka adalah orang-orang yang menyadari kelemahan dan kesalahan diri. Maka, fokus kerja kaderisasi, yaitu: (1) to raise the quantity (numu al kamiyah), kuantitas (2) to develop the quality (numu an nauiyah), kualitas (3) to build up the competence (numu al qudrah).
Fungsi kaderisasi ini meliputi proses-proses pendataan; rekrutmen kader; riayah (penjagaan) dan tarqiyah (up grading); penataan dan pengkaryaan; serta mutabaah (control & monitoring), intinya semua hal yang berkaitan dengan pembentukan kader. Untuk mendukung proses-proses tersebut diperlukan pula koordinasi dan komunikasi antar elemen LDK. Dan yang tak kalah penting adanya elemen LDK yang memang bertugas khusus mengampu proses ini. Ada elemen yang khusus mensistemkan bagaimana kaderisasi di LDK, bagaimana alurnya, bagaimana standar mutu kader LDK yang harus dicapai sistem kaderisasi LDK, bagaimana pembagian peran elemen-elemen LDK dalam fungsi kaderisasi, dsb.

Pendataan
Berbicara mengenai data, tentu bukan hal yang boleh diremehkan. Strategi yang pertama adalah kenali dirimu. Dua strategi yang lain juga sebenarnya bisa dimasukkan dalam wilayah kerja pendataan yaitu kenali musuhmu dan kenali medan. Dalam hal perang dakwah kampus, yang dimaksud dengan kenali dirimu, adalah dengan tahu pasti seberapa besar kekuatan dan potensi kita. Berapa jumlah kader lembaga yang aktif.
Dikatakan yang aktif karena kita perlu hati-hati dengan para pseudo-ADK yang namanya ada di kertas tapi ghaib di lapangan. Jangan terkecoh dengan jumlah semu. Ketika kita tahu berapa jumlah kader aktif; kecenderungan, kafaah dan potensinya bagaimana; track record di lapangannya sudah sejauh apa; sudah sampai alur kaderisasi yang mana, maka akan sangat mudah nantinya dalam penataan dan pengkaryaan. Sehingga perang bisa kita menangkan dengan kekuatan optimal.
Kita juga akan tahu, kebutuhan kita akan tambahan kader seberapa besar dan membutuhkan kader yang seperti apa, itu untuk menentukan strategi perekrutan. Jumlah kebutuhan akan tambahan kader ini bisa kita analisis dari apa fungsi dari tiap elemen, perkiraan jumlah orang yang harus mengampu di fungsi itu berapa [yang optimal]. Tentang kenali musuhmu dan kenali medan ini, kita melakukan proses pendataan tentang apa saja hal-hal yang mengancam dakwah kampus ini, seberapa besar kekuatannya dan kita jadi tahu berapa kader yang kita butuhkan dan kader yang seperti apa untuk menghadapi mereka.
Kenali medan kita mengenali karakteristik kampus kita. Setiap wilayah kan punya keunikan tersendiri, pastinya treatmentnya tidak akan sama. Tapi di fungsi ini kita baru sekedar mendata. Belum sampai ke proses pemetaan atau strategi perang. Namun justru data inilah kunci untuk membuka proses-proses selanjutnya. Supaya kita tidak asal berperang tanpa perhitungan. Jangan sampai bukan mati syahid justru mati konyol yang akan kita tuju.

Rekrutmen
Hendaknya melakukan rekrutmen seoptimal mungkin. Mengapa seoptimal mungkin, bukan sebanyak mungkin? Jangan sampai nanti kadernya banyak justru sulit mengelola, malah menjadi permasalahan sendiri. Kata kuncinya adalah keoptimalan. Disinilah kekuatan data berperan penting.
Rekrutmen pastinya masuk dalam salah satu bagian alur kaderisasi LDK, dengan berbagai strateginya, dengan berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan. Atau dengan istilah lain dengan berbagai pintu masuknya. Tapi kita jangan lupa peran dari kader yang sudah ada di LDK-lah yang utama untuk fungsi perekrutan. Kaderlah ujung tombak dari proses rekrutmen. Disini dakwah fardhiyah (personal) yang utama. Sebagus apapun acara untuk merekrut kader, kalau ujung tombaknya tak mau berdakwah fardhiyah, maka hasilnya sulit untuk sesuai yang diharapkan. Di sini kualitas kader sangat menunjang.
Satu lagi catatan, dalam rekrutmen kita jangan hanya terpatok pada waktu rekrutmen yang ada pada alur kaderisasi. Tapi rekrutmen selayaknya dilakukan sepanjang masa kepengurusan. Siapa tahu, mutiara indah itu masih tersembunyi di antara tumpukan jerami dan baru mau bergabung di tengah-tengah kepengurusan. Pada fungsi ini, keberhasilan adalah pada terpenuhinya kuantitas kader.

Riayah dan Tarqiyah (penjagaan dan up grading)
LDK perlu menciptakan sistem riayah yang dapat membantu proses akselerasi kematangan kualitas maupun kompetensi. Riayah yang dilakukan meliputi aspek manawiyah, fikriyah, dan jasadiyah. Poin pertama dan ketiga sering kurang diperhatikan, lebih banyak ke penjagaan aspek fikriyah. Ini yang perlu diperbaiki.
Dalam fungsi ini juga terdapat proses melakukan rangkaian up grading yang ada di alur kaderisasi secara khusus terhadap kader yang diselaraskan dengan posisinya di LDK, apakah sebagai staf atau sudah dalam level manajer [pastinya berbeda antara kebutuhan staf dan kadept atau kabid]. Kemudian juga manuver strategi-strategi yang sifatnya stuktural maupun kultural untuk percepatan kader dalam memenuhi kualifikasi, misal diskusi ilmiah.
Serta pemberian suplemen terhadap ADK sehingga memenuhi kualifikasi standar ADK. Pemahaman kafaah syariyah, syaksyiyah daiyah, dll yang merupakan pemahaman dasar seorang da’i, pemenuhannya bagi kader berpusat pada fungsi ini. Pencapaian target kualitas dan kompetensi kader adalah inti dari poin ini. Semuanya masuk dalam fungsi riayah dan tarqiyah. Bisa dibilang hal tersulit pada fungsi kaderisasi yang membutuhkan porsi cukup besar dalam perumusan dan pemikiran.

Penataan dan pengkaryaan
Di sini LDK berperan melakukan penataan dan pengkaryaan sehingga setiap ADK terberdayakan sesuai dengan kecenderungan, kafaah dan potensinya. Jangan sampai ada kader yang terlalu ter-porsir energinya, sementara ada pula yang tidak pernah kebagian jatah amal. Ketimpangan ini sangat berbahaya, karena akan berdampak pada psikologis kader. Ada yang merasa terlalu capek, ada yang merasa tidak dipercaya, dsb. Walaupun tidak ada yang ingin hal itu terjadi, tapi secara tidak langsung sering kebijakan di LDK justru mengarah ke hal ini. Ketersediaan data sangat dibutuhkan untuk hal ini.
Selain itu juga harus menjaga secara serius ketersediaan kader/ADK di setiap elemen tidak hanya ketika mau suksesi. Menjaga keseimbangan antara usia amanah dengan usia akademis kader dengan adanya fungsi ini.
Langkah-langkah strategis:
- Pembacaan/penjaringan potensi kader dengan pengisian form penjaringan potensi (berkaitan dengan fungsi pendataan)
- Penumbuhan potensi dan aktualisasi dengan cara pelibatan langsung di lapangan sesuai dengan potensi, keinginan, dan kebutuhan lapangan
- Penataan/plotting kader (penempatan di pos yang sesuai)

Mutabaah (control & monitoring)
Penjabaran dari fungsi ini antara lain yaitu proses-proses sebagai berikut:
o       memantau perkembangan setiap ADK sejak awal masuk kepengurusan LDK,
o       screening terhadap ADK yang akan menempati posisi strategis lembaga dari sisi kapabilitas kerja lapangannya
o       senantiasa mengadakan evaluasi secara intens terutama terhadap progress dan produk-produk riil kaderisasi
o       membuat format standar mutabaah kader dan lembaga.
Dari seluruh fungsi kaderisasi ini juga membawa misi penting dalam arahan dakwah kampus, mencetak afiliator-afiliator Islam. Dalam dunia kampus, kita mengenal ada 2 jenis kader yaitu bergerak dan tetap. Kader bergerak itu maksudnya mahasiswa, yang tidak akan lama berada di kampus biasa diistilahkan ADK (Aktivis Dakwah Kampus), kalau kader tetap yaitu dosen dan karyawan biasa diistilahkan ADKP (Aktivis Dakwah Kampus Permanen).

Syiar
Fungsi ini bisa dikatakan sama dengan fungsi dakwah itu sendiri yaitu menyampaikan, menyeru kepada Islam, keselamatan. Di sinilah peran mewarnai kampus terjabarkan dalam arahan DK transformasi Islam masyarakat kampus. Yang sekaligus mensuplai afiliator-afiliator Islam meskipun belum tentu kader, tapi mereka yang beafiliasi pada Islam, mewujudkan Islam dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai prinsip hidup yang mereka pegang.
Fungsi syiar ini pada khususnya adalah bagi seluruh civitas akademika kampus, dan pada umumnya untuk semua masyarakat. Kepada sesama kader dakwah kita punya kewajiban untuk memenuhi hak ukhuwwah, namun kepada mad’u dakwah kita juga punya kewajiban dakwah selain dari ukhuwwah.
Jika kita lihat arahannya adalah transformasi Islam masyarakat kampus maka jangan sampai kita memandang sempit fungsi syiar ini dengan sekedar menjadi panitia kajian-kajian atau membagikan buletin-buletin dan menempel mading di kampus. Fungsi syiar ini juga melekat pada diri masing-masing ADK untuk bisa menjadi ustadz berjalan sesuai dengan kapasitas keilmuannya, juga bagaimana menguasai isu bersama di lingkungan kampus agar dapat meng-counter isu-isu negatif terhadap Islam sehingga masyarakat kampus tidak menjadi fobia terhadap Islam tapi justru mendekat ke nilai-nilai Islam. Yang paling penting adalah agar masing-masing ADK sanggup menjadi da’i yang sesungguhnya. Itu yang lebih penting.
Ada satu peran lagi yang masuk dalam fungsi ini sebagai pengejewantahannya mentransformasi masyarakat kampus, yaitu fungsi pelayanan umat. Yang dimaksud pelayanan umat di sini tidak hanya sekedar peningkatan kualitas sarana beribadah mahdhoh, tapi juga pelayanan terhadap kebutuhan akan majelis ilmu yang memacu pemahaman beribadah, semangat beribadah, dan mengajak orang untuk beribadah. Yang akhirnya membawa mereka menjadi para afiliator Islam. Jika kita ingat kembali kaidah pemimpin sesungguhnya dalam Islam adalah menjadi pelayan dari yang dipimpin, bukan jadi penguasa. Jadi ketika kita ingin memimpin masyarakat kampus, dalam hal ini memerintah masyarakat kampus agar menjalankan Islam secara kaaffah, maka kita harus siap menjadi pelayan umat terlebih dahulu. Itu hakikatnya.
Kalau fungsi kaderisasi bertugas memastikan kereta dakwah ini ada masinis dan bahan bakar yang bermutu (baik jumlah, kualitas, dan kompetensi), maka fungsi syiar ini bertugas menjadi agen dan calo-calo tiket kereta, yang mencari sebanyak-banyaknya penumpang untuk ikut dalam perjalanan kereta dakwah yang salah satu gerbongnya yaitu LDK. Tentu saja agen-agen dan calo-calo ini adalah para kader. Dan selayaknya mencari pembeli tiket, para agen dan calo ini harus sangat ramah, bermuka manis, karena pelanggan adalah raja. Apalagi jika kita ingat upah dari apa yang dilakukan dari bisnis ini sangat menggiurkan. Coba baca Ash-Shaf: 10-13.
Tentu saja kedua fungsi ini tidak bisa berdiri sendiri karena saling bersinggungan dan berjalan beriringan. Kalau dalam diagram Venn, ada irisan diantara 2 himpunan (matematik bangeet).

2.    Kini Ada Aral Melintang AWAS!
Apa yang terjadi saat ini di LDK. Ternyata di masa sekarang, muncul fenomena-fenomena yang menjadi kendala dalam dakwah kampus di tubuh LDK itu sendiri. Fenomena itu antara lain:

1)    Sekuler [dalam tanda petik]
LDK sebagai representasi wajah DK sekaligus wajah umat Islam di kampus saat ini posisinya terjebak menjadi sekuler. Maksudnya sekuler di sini adalah praktik Islam yang mengalami penyempitan makna, atau lebih tepatnya pemisahan makna LDK, tugasnya melakukan pengajian, dan aktivitas-aktivitas ibadah mahdhah di masjid. Selain itu, serahkan saja pada lembaga lain. Jika demikian, maka tak heran jika pengurus LDK diundang oleh lembaga lain hanya dalam acara-acara baca doa dan me-ruqyah orang yang kesurupan jin (Oh, no!!).
Tak salah tapi juga harus diperhatikan bahwa jangan sampai itu jadi representasi Islam. Karena Islam itu syamil, kamil dan mutakamil (menyeluruh, sempurna dan menyempurnakan), bukan sekedar berkutat di wilayah-wilayah ritual keagamaan. Lalu apa bedanya kita dengan mereka yang berpemikiran sekuler, liberal, bahwa agama hanya berperan dalam area ritual peribadatan. Agama itu urusan pribadi, personal, negara tak berhak dan tak berkewajiban atas agama. Berbahaya (Danger)!!!
Image LDK kalau tetap seperti itu bisa jadi membuat citra yang melekat terhadap Islam adalah bukan sebagai solusi permasalahan umat. Lalu bagaimana nasib fondasi yang telah dibangun oleh masyaikh dakwah kampus? Bukan melebih-lebihkan, namun bagaimana kalau sampai dengan entengnya para ADK melepaskan diri dari tanggung jawab memperjuangkan nilai-nilai Islam di kampusnya. Hal ini yang menjadikan munculnya kesan eksklusif pada diri ADK. Sebuah pemelencengan visi membangun peradaban dari kampus yang menjadikan masjid sebagai pusat peradaban. Fondasi ini apakah terdapat keretakan di dalamnya atau bahkan ada keruntuhan.

2)    Tidak optimalnya masing-masing fungsi dari LDK
Dari penjelasan diatas fungsi utama LDK ada 2 minimal, yaitu kaderisasi dan syiar. Yang terjadi saat ini, fungsi-fungsi itu tidak optimal bisa dijalankan oleh LDK. Kepahaman ADK tentang fungsi-fungsi ini sangat kurang, karena lambat laun mengalami eliminasi fungsi. Jadi ada yang beranggapan bahwa LDK hanya seperti EO (event organizer). Terlalu terkotak-kotakkan dengan bidang/departemen yang ada. Jadi seolang-olah fungsi kaderisasi hanya boleh diampu oleh bidang kaderisasi. Fungsi syiar hanya diampu oleh bidang syiar atau media. Bukan pemahaman bahwa fungsi itu begitu luas dan maing-masing ADK punya tanggung jawab untuk menjalankan setiap fungsi itu, sesuai kemampuannya, tanpa terkotakkan bidang atau departemen yang ada.
Selain itu juga ketidakoptimalan ini sering terjadi karena kurang jeli dalam melihat sasaran dari fungsi-fungsi itu yang akan diwujudkan dalam agenda dan kegiatan. Jarang dianalisis, ketika ada kajian yang sasarannya semua mahasiswa, siapa saja sih yang hadir. Atau justru hanya pengurus LDK? Bisa jadi hal itu karena metodenya atau materinya kurang pas dengan apa kebutuhan mahasiswa, atau masalah tempat dan pembicara. Kalau memang yang hadir hanya pengurus, kenapa tidak sekalian materinya disesuaikan dengan standar mutu ADK. Diseriusi, dimutaba’aahi, dan terfollow up. Ada mekanisme reward and punishment yang mendidik. Bukan sekedar materi-materi kontemporer. Kurang jeli dalam memetakan sasaran dari setiap agenda yang dilaksanakan.
Harus diakui, bahwa sampai saat ini salah satu kelemahan dari dakwah kita yang lebih banyak berkembang di kampus-kampus sekuler adalah kebelummampuannya menjadi kutub keislaman di arena nyata masyarakat. Lembaga-lembaga kajian Islam kita di kampus ini belum diakui sejajar dengan lembaga-lembaga kajian Islam yang benar-benar mengaji Islam. Akhirnya, objek dakwah yang berminat dengan Islam pun seringkali sulit tertarik karena pencariannya akan ilmu Islam tidak tercapai ketika mendekat ke gerakan dakawah, atau bahkan kecewa setelah bergabung dengan lembaga dakwah karena akhirnya ia hanya dieksploitasi untuk melakukan kerja-kerja organisasi.

3)    Terjebak dengan proker tahun lalu
Sebuah fenomena yang cukup berbahaya adalah proker yang dibuat di LDK seringkali bukan berorientasi pada visi, tujuan; tapi biasanya seperti apa, tahun lalu apa saja; padahal tantangan tiap periode terus berkembang, kondisi dakwah terus berubah; namun tetap terjebak dengan paradigma masa lalu. Budaya copy paste saja proker tahun lalu ini sangat berbahaya apalagi kepahaman akan fungsi LDK juga kurang. Tak ayal cap sekedar EO pun makin kuat tersandang di LDK (Gubrakk!!).
Fenomena ini bisa dilihat ketika kunjungan antar LDK. Biasanya saling tukar proker. Bagus mungkin, untuk beberapa sisi; tapi jangan lupakan untuk saling mengingatkan visi bersama apa yang diusung. Itu jarang sekali dibicarakan. Kalau berbicara tentang proker, sedikit sekali yang bisa diambil karena tiap LDK punya keunikan medan dakwah yang berbeda satu dengan yang lainnya. Hal yang aneh lagi adalah pengurus LDK sangat pandai merangkai kata-kata untuk menyusun proker agar tampak “wah” dan berapologi ketika target tidak terpenuhi. Bahasa kasarnya sekedar pemanis bibir tapi enggan menggali lebih dalam akar kesalahan.
Keterjebakan ini salah satunya diakibatkan oleh proses transfer antar kepengurusan yang buruk. Sehingga terjadi penghancuran fondasi yang telah dibangun oleh periode sebelumnya dan membiarkan yang setelahnya memulai dari awal lagi untuk membangun fondasi justru dengan bahan baku yang kurang baik kualitasnya.
4)    Internal
Permasalahan komunikasi antar LDK, antar qiyadah sering menjadi kendala dalam optimalisasi kerja-kerja dakwah dalam LDK. Mungkin karena kemajuan teknologi komunikasi yang menjadikan sangat mudahnya menyampaikan informasi jarak jauh, jadi jarang silaturrahim, beda dengan dulu yang jarang HP jadi mau tak mau datang ke kos atau rumahnya. Seharusnya kemajuan teknologi ini lebih memudahkan untuk lebih komunikatif, jadi potensi tersendiri; tapi sayang kondisinya justru tidak seperti itu.
Kondisi internal yang bermasalah ini sangat menghambat dakwah itu sendiri. Karena capek mengurusi internal energinya sudah habis untuk memikirkan umat. Selain permasalahan komunikasi juga ada fenomena ketidaktsiqahan terhadap mas’ul (hmmmm..). Ada ungkapan bahwa kepemimpinan dalam dakwah memiliki hak orang tua dengan ikatan hati, hak ustadz karena faktor ifadah ilmiyyah, hak syeikh karena tarbiyah ruhiyah, hak panglima dalam kebijakan umum dakwah, dan dakwah menghimpun semua makna ini. Fenomena yang ada sekarang fungsi-fungsi mas’ul itu sangat jauh dari kondisi ideal dan akibatnya, jundi pun tidak tsiqah kepada sang pemimpin. Ada saja alasan untuk menolak amr dari mas’ul.

3.    Sebuah Fajar Harapan Judulnya Pembaharuan
Mari kita tiru keistiqamahan sang fajar [matahari terbit] yang membawa semangat perubahan tiap harinya. Dari gelap gulita ke terang benderang. Beberapa poin yang bisa diusulkan:

1.    Membudayakan tradisi ilmiyyah [membaca, riset, diskusi, menulis, aksi]
Sungguh aneh ummat yang ayat pertamanya iqra’, tapi malas membaca. Baik itu membaca yang maknanya sempit atau yang maknanya luas; membaca kondisi, perkembangan, dsb. Ini berkaitan dengan poin kedua; riset. Riset merupakan bentuk membaca juga. Membaca kondisi berbasis data.
Hal yang sudah disebut di bagian atas – permasalahan - adalah kita lebih sering terjebak pada pola-pola simplisitas. Lebih menyukai hal-hal yang instan, malas dengan sesuatu yang ribet. Padahal tantangan zaman terus berkembang, kondisi mad’u juga terus berubah. Jadi, riset adalah hal penting agar kita tidak sekedar bergerak tanpa dasar.
Tapi mari alokasikan energi LDK sedikit lebih banyak untuk mau ribet, bukankah yang dilihat itu proses, bukan sekedar hasil. Riset disini selain riset kekinian, juga riset kondisi sejarah; penting untuk transformasi spirit generasi pejuang ke generasi pembangun. Sehingga Fiqh Dakwah yang menurut seorang ustadz merupakan proses mempertemukan KEBENARAN dan KETEPATAN [kebenaran hukum ALLAH, ketepatan momen, waktu, peristiwa, medan, metode, dll] bisa kita lakukan di kampus.
Tentang diskusi, merupakan usaha berfikir bersama berbagi kepahaman yang nantinya akan menghasilkan gerakan bersama dilandasi visi bersama. Dari diskusi ini pula akan memperkaya LDK dengan pemikiran-pemikiran brilian yang mungkin belum tergali mendalam karena tersekat batasan program kerja yang sudah terlanjur disususun. Perkuat budaya diskusi ini!
Tak kalah penting adalah aksi. Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah. Pemikiran hebat tanpa aksi juga seperti itu jadinya. Yang dimaksud di sini aksi dalam arti luas. Selain aksi yang sering diistilahkan demo, juga aksi yang berwujud kerja nyata. Kerja nyata untuk dakwah di area kampus dan sekitarnya. ALLAHU AKBAR!!
Tapi satu hal yang perlu diingat juga, gerakan mahasiswa - dalam hal ini LDK - menjadi lebih aktif, paradigmatik dan tersistem. Artinya, kita memiliki visi yang jelas untuk melakukan suatu aksi, tidak hanya bereaksi atas suatu kejadian tertentu. Secara sederhana, kita tidak sekedar menyelamatkan bayi yang setiap hari dibuang di sungai, tetapi mencari dan memcegah adanya pembuangan bayi dengan tindakan terprogram, terarah.
Kalau tradisi ilmiyyah ini kita budayakan, niscaya perubahan besar akan bisa segera kita rasakan. Sebuah perbaikan tentunya. Kuncinya KEMAUAN!

2.    Paham esensi
Hal ini utama, karena tanpa kepahaman esensi LDK, lambat laun kita akan kehilangan ruh. Amal itu selayaknya didasari kepahaman, bukan taqlid buta. Tradisi ilmiyyah tadi diatas, merupakan upaya untuk mengembalikan esensi dakwah kampus. Esensi keberadaan LDK, yang tentunya bukan sekedar event organizer acara-acara keislaman di kampus.
Yang harus pertama kali dipahamkan memang di tataran qiyadah namun bukan berarti melupakan jundi. Jadi kita pun punya dasar ketika mencetuskan kebijakan untuk mengambil fungsi LDK itu yang mana saja. Jangan takut dianggap melangkahi apa yang sudah dirintis oleh para leluhur. Kalau memang kondisi saat ini hanya bisa untuk fungsi-fungsi tertentu saja maka jalankan dengan optimal.

3.    Bergerak cepat
Kenapa kuncinya adalah cepat? Seolah-olah melupakan ketepatan. Jadi begini, kalau kita tidak tepat dan lambat akibatnya akan kacau. Kalau kita tepat tapi lambat, akibatnya sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman, kurang optimal juga. Tapi kalau kita tidak tepat namun cepat, kita juga bisa cepat memperbaiki. Dan akhirnya menjadi cepat dan tepat.
Biasakan untuk bergerak cepat. Mempunyai inisiatif, jangan sekedar menunggu bola datang. Pupuk jiwa pembelajar cepat! Mungkin sekarang kita belum paham, tapi jangan mau berada di kondisi tidak paham itu terus-terusan. Segera belajar untuk jadi paham. Karena surga itu MAHAL.

4.    Optimis
Dengan bahasa lain berpikir positif. Bukankah yang berputus asa dari rahmat ALLAH hanyalah orang-orang kafir? Kitalah yang bisa mengubah kondisi kita dan itu insya ALLAH bisa! Masih ingat ayat familiar Ar-Rad :11? Optimis bahwa kondisi yang sudah cukup berbahaya ini bisa kita perbaiki bersama. Itu penting! Tularkan optimisme itu ke setiap ADK juga.

5.    Berpikir kreatif
Berpikir out of the box, hal yang dikatakan tidak mungkin seringkali hanya belum dicoba. Kreatif di sini tentunya buat hal-hal yang tidak ada nash-nya. Jangan kreatif terhadap hal-hal yang sudah jelas hukum dan aturannya dalam Al qur’an dan sunnah.
Mungkin kesannya tidak aplikatif dan tidak konkret karena persoalan kita sekarang adalah hal-hal mendasar. Tidak bisa tentunya diselesaikan dengan aplikasi sesaat. Mari berpikir bersama dan jangan mau hal yang instan. Karena imbasnya akan menjadikan kita bergerak tanpa ruh. Naudzubillah.

PENUTUP
Tujuan dari perjuangan ini bukanlah tentang kekayaan, wibawa di hadapan manusia lain, kesahajaan diri ataupun kekuasaan. Allah ingin menguji hamba Nya yang senang istiqamah dengan segala keterbatasannya, mensyukuri apa yang telah diberikan Allah untuk dirinya yaitu nikmat yang tak tergantikan, IMAN dan ISLAM. Perdagangan dengan Allah ini akan mendapatkan LABA yang setimpal dan atau jauh lebih baik dari yang kita pikirkan selama ini. SurgaNya menjadi jaminan atas apa yang kita perbuat dengan benar. Semoga saja bukan sebuah kesia-siaan, tapi tekad yang membara untuk terus melakukan perbaikan. Insya ALLAH.

Referensi
http://jaraway.multiply.com/journal/item/21 2
 

3 comments:

  1. Sila dicomment kanda..
    'afwan..
    semangat..
    \(^,^)/

    ReplyDelete
  2. he... mesti izin dulu ceritanya ne..

    - belajar (baca, diskusi, tulis)
    - pahami esensi
    - bergerak cepat ( mulai dari jalan, makan, cerita, bicara, be brief.. he)
    - optimis (sblm akhirnya dakwah yang mulia ini tercemar oleh mereka yang optimis membawa sesuatu yang sebenarnya tidak diajarkan oleh Rasulullah)
    - kreatif (dan biarkan mereka terpana, hahay)

    ya ya ya... be ready to join DAUN III 2011. he..
    salam progresif!

    ReplyDelete
  3. ok lah kanda...
    syukran atas attentionnya..
    ma'an najah di PPL yaa...
    OK

    ReplyDelete

Menjadi Secantik Aisyah r.ha © 2008 Por *Templates para Você*